Senandung Ibu

Rabu, 26 Oktober 2011

"Story Pudding: Pernikahanku Berujung pada Terpisahnya Aku dengan Sulungku"

Setiap orang pasti berkeinginan dan memimpikan keluarga yang harmonis, keluarga bahagia dan terutama Sakinah Mawadah Warrohmah tak terkecuali aku.

Dalam membina biduk rumah tangga pasti banyak rintangannya, tantangannya dan pasti banyak cobaan- cobaan yang harus kita lewati dengan kesabaran, ketawakalan dan tentu dengan iman yang kuat. Awal pernikahan pasti selalu indah dan tak terpikirkan akan mendapatkan segala cobaan baik yang kecil maupun yang berat sekalipun. Saat itupun aku merasakan indah hari-hariku bersama suami, kami melewati hari-hari seperti masa pacaran, nonton bioskop bareng  setiap seminggu sekali dan kalau malem pasti kami sering makan-makan diluar sambil lesehan. Orang banyak yang iri dan selalu berfikir kalau kami masih pacaran. sering pula sore-sore kami jalan-jalan mengelilingi kota Gudek.


Tapi dibalik kebahagiaan kami ada suatu yang selalu mengganjal dihati, suamiku dari semenjak bujang selalu memakai atau menyimpan sabuk yang diisi dengan rajahan serta sebuah celurit yang dibungkus dengan sarungnya  yang katanya itu untuk kekebalan dan tidak boleh dilangkahi.  Aku sebenarnya tidak menerima itu semua, bagiku itu adalah syirik, aku sering menegur dan sering memberikan nasehat. 
"Buang saja barang itu, kan hidup dan mati semua dari Allah SWT".
Tapi sayangnya dia tidak suka dengan nasehat dan teguranku itu, bahkan dia sering menunjukkan padaku kalau dengan memakai tali pinggang itu badan jadi kebal dan pisau yang di pukul-pukulkan ditangannya pun tidak melukai nya sama sekali. Akupun minta petunjuk dari teman, dan mereka mengatakan jangan takabur, itu pasti ada masa na'as nya. Pernah aku kembalikan barang-barang itu kepada orangtuanya, tapi ternyata diambilnya lagi

       Malam itu aku bermimpi cincin pernikahanku jatuh dan hilang entah kemana, aku mencari-cari tetap tak kutemukan, aku terbangun dan masih kuingat bagaimana cincin itu hilang. Namun alhamdulillah kulihat kenyataan tidak hilang sama sekali, dan aku sempat takut, apakah ada arti dari mimpiku ini. Aach... aku lalu menghilangkan segala kekhawatiranku tentang arti dari mimpiku, kuanggap itu hanya sebuah bunga tidur. Betul sekali pada saat itu yang aku ingat adalah bulan Juli dan kami sedang merencanakan untuk merayakan ulangtahun anakku bulan depannya yaitu Agustus, kebetulan keluargaku saat itu sedang berkumpul. Adik-adik dan ayukku juga kumpul semua, terkecuali Papaku yang sedang tugas di kota Balikpapan, Kalimantan Timur. Saat itu suamiku hanya melamun dan terus melamun, Mamaku yang datang dari kota Balikpapan kami sambut dengan ceria sore itu bersama ibu mertuaku, karena kebetulan sekali anakku pada saat itu adalah cucu pertama dari kedua orangtuaku dan bagi kedua mertuaku, jadi mereka benar - benar sayang pada anak-anakku. jadi kami foto-foto keluarga, tapi suamiku setiap mau difoto selalu menghindar, waktu maghrib saat mau menutup pagar, Mamaku melihat suamiku sudah duduk di pinggir pagar dilantai III sambil kakinya diayun-ayunkan. Mamaku ketakutan, dan memanggilku untuk menegur dan masuk karena hari sudah menjelang maghrib.

Setelah kami berdua masuk,  di kamar suamiku mengeluh masuk angin katanya, jadi aku kerokin belakang badannya, dan benar semuanya merah. aku kasih air hangat agar keluar keringat dan sembuh. Akupun membiarkan suamiku istirahat, lalu akupun turun untuk kembali menemuin orangtua dan saudara-saudaraku juga Ibu mertuaku di lantai bawah. Mereka masih cemas dan bertanya-tanya, ada apa dengan suamiku.
"Nggak ada apa-apa, cuma masuk angin saja", ujarku mantap. 

Pada saat itu waktu menunjukkan pukul 9 malam Ibu mertuaku pamit pulang. Kami pun ke kamar untuk tidur, aku memberikan ASI anakku dikasur sambil tiduran, karena anak kedua sedang sangat rewel. Tepat pukul 11 malam suamiku bangun dan mencari-cari celurit miliknya yang aku simpan di dalam lemari, dibawah tumpukan baju-baju. Dibongkarnya semua tumpukan baju-baju yang sudah kususun rapi dan aku masih melihatnya sambil menyusui dan tiduran dikasur. Lalu suamiku pun berkata : Nich lihatlah keampuhan dari tali pinggangku (padahal aku seharian itu tidak sama sekali mengomentri tentang  tali pinggang dan celuritnya itu). 
Dan setelah dia menemukan celurit dia buka dari sarungnya dan mengayun-ayunkannya di dadanya, aku bilang: "Sudah jangan aneh-anehlah, jangan takabur jadi orang" Eeee... bukannya berhenti malah nekat menghujamkan celurit itu ke dadanya sendiri. 


                   Astarghfirullahaladzim... aku benar-benar terkejut dan syok saat itu, melhat darah dan rintihan minta tolong dari suamiku, anakku yang sedang menyusui aku lepaskan begitu saja, dan aku langsung berteriak minta tolong, tapi karena semua baru pada tidur jadi nggak ada yang bangun dan keluar dari kamar. Aku gedor semua pintu kamar dan sambil menangis meraung aku terbata-bata menyebut nama suamiku. Mereka semua terbangun dan bertanya padaku, "Ada apa? Ada apa An ? Kenapa suamimu?" Aku tak bisa ngomong apapun karena syok melihat kejadian itu depan mata kepalaku sendiri. Terus aku mengajak mereka semua ke atas untuk menolong dan melihat suamiku. Betapa terkejut semuanya dan mama ku pun menyuruh Adik laki-lakiku untuk segera ke rumah mertuaku yang kebetulan tidak jauh. Kami semua bingung dan panik. Setelah Ayah mertuaku datang,  beliau langsung menggendong suamiku turun kebawah dibantu dengan adikku. Mama serta mertuaku bergegas membawa suamiku ke RS untuk mendapatkan pertolongan. sejam kemudian baru Mamaku pulang kerumah sambil memelukku ; "Sabar yah nak..." 
tapi bagaimana dengan suamiku Ma? "Sabar yah nak .. " ujar mamaku berulang-ulang. "Suamimu sudah meninggal, karena kehabisan darah", lanjutnya lagi.


 Allahu Akbar serasa petir disiang bolong aku mendengar kalimat itu .
Aku benar - benar tidak percaya dan seluruh badanku gemetar dan tidak sanggup berfikir apa-apa lagi. Segera aku diajak ke rumah mertuaku, sambil berjalan menuju kerumah mertuaku diiringi ambulance dari rumah sakit yang membawa jenazah suamiku. 


Innalilahiwainailaihiroji'un. Selamat jalan suamiku, aku hanya pasrah dengan keadaanku.
Tidak cukup itu saja cobaan yang aku terima, malam setelah sekitar beberapa hari kejadian itu anakku sedang  asyik main di ruang keluarga, saat itu ada suara ketukan dari pintu depan. kebenaran aku yang membukanya, tapi apa yang aku dapat saat itu bapak mertuaku sambil dengan muka yang seram langsung menggendong anakku yang sulung ke luar rumah... sambil berkata, jangan diambil anak ini. Mengapa? aku bertanya , tapi tidak ada jawaban dari mulutnya. aku benar - benar bingung dan penuh tanda tanya, aku kejar dan tiba-tiba tanganku ditarik oleh pamanku yang datang dari palembang, dan berkata : biar aja mungkin orangtuanya masih syok .. biarin ajalah, toh itu cucunya juga. Aku terima nasehat dari pamanku saat itu, tapi yang tidak bisa aku terima ketika kata - kata yang tidak mengenakkan hati ku keluar dari mulut mertuaku, yang katanya aku ambil anakmu yang sulung karena dialah pengganti dari anaknya yang hilang. Lalu bagaimana dengan aku? tanyaku. Mereka tidak peduli, yang mereka pikir saat itu bahwa aku sudah punya 2 anak jadi anakku yang bungsu silakan kamu ambil.

Aku sempat tak bisa terima, tapi lagi-lagi keluargaku mencegah dan menahan aku. Bagaimana dengan perasaanku? bagaimana dengan keadaan dan kondisiku pada saat itu? Mereka benar - benar tidak memikirkan itu.

Hari demi hari aku melamun dan terdiam dikamar sendiri. Orangtuaku pun berfikiran mengajakku untuk ikut pindah ke Balikpapan kalimantan timur, lalu anakku? Biarkan saja dulu, nanti kita kembali lagi untuk jemput anakmu di Jogja. akhirnya aku dan anakku yang bungsupun pindah. Di sana aku disuruh kuliah, dan waktu disuruh memilih mengambil jurusan apa? Aku benar-benar semangat untuk mengambil jurusan hukum, karena aku ingin tahu bagaimana kelak aku mengambil anakku. 

Selama aku di Balikpapan sudah dua kali aku kembali untuk berusaha mengajak anakku kembali kepelukanku, tapi dua kali itu pula aku pulang dengan tangan hampa. Bahkan untuk yang kedua kali sempat aku kehilangan jejak karena mertuaku dan anakku pindah rumah, tapi berkat aku bertanya dan bantuan dari tetangga - tetangga sebelah yang mana mereka kenal dan berimpati padaku, mereka menunjukkan dimana keberadaan mertua dan anakku.


Tapi lagi-lagi mereka ketakutan kalau aku bertemu dengan anakku, setiap aku melihat dari dekat anakku sedang sekolah, mereka cepat-cepat mendekatiku, pada saat aku bertemu dengan anakku kami berkumpul bertiga dan sambil kuajak dipinggir kali, disana kami banyak cerita, aku pernah ngajak dia pergi sama adiknya. Dia sebenarnya mau saja, tapi takut sama Omanya, akupun sedih sekali.


Aku pernah lihat isi raportnya, alhamdulillah nilai-nilainya tidak ada yang angka 8, yang aku lihat nilainya 10 dan angka 9 pun cuma ada 3. Aku bangga sekali. Sewaktu kami pamit pulang pada mertuaku, dan bermaksud untuk mengajak anakku baik-baik hanya sebatas mau liburan saja, sudah itu kami ajak kembali anakku dan kalau mertuaku kangen mereka boleh bertemu dengan anak-anakku, tapi apa tanggapan mereka?: Ayah mertuaku langsung kebelakang (dapur) sambil membawa parang/golok sambil ditujukan pada Papaku, yang saat itu Papaku habis terkena stroke jadi tidak bisa bergerak cepat, untung kami membawa polisi tapi lagi-lagi yang anehnya polisi yang kami bawa pun tidak bisa berbuat apa-apa, mereka hanya bisa melerai. dan kami pun bergegas pulang sambil diiringi suara teriakan dari Ayah mertuaku, kalau mau ambil, langkahi dulu mayatku. ampuuuuuuun dech, benar-benar keras kepala.



Yang menurutku aneh, saat itu padahal aku membawa anak keduaku tapi sama sekali mereka tidak kangen dan tidak peduli dengan cucunya yang satu lagi, kan mereka berdua beradik tapi kok adiknya gak di gubris yach?




Akhir tahun 2010 atas izin-Nya dan berkat adanya situs jaringan sosial facebook akupun menemukan anakku. Walaupun itulah sedikit kisahku yang mana segala jodoh dan maut selalu saja Allah yang menentukan, entah itu berakhir bahagia atau pun tidak. Dan mereka berdua pun (dua beradik) bisa saling berkomunikasi kembali walaupun masih sembunyi-sembunyi dari Oma dan Opanya yang di Jogja.

  
Kisah ini ditulis khusus untuk acara "A Story Pudding For Wedding" yang diselenggarakan oleh Puteri Amirillis dan Nia Angga.

18 komentar:

  1. Ya Allah bun, kadang antara percay adan tidak tapi itulah ya bun.
    Semua sudah ada jalannya masing-masing.

    Anak yang sholeh pasti akan tau yang man abaik buat dia bun. Moga bisa berkumpulkembali ya bun....

    Mungkin masa lalu yang sulit di lupakan, tapi kita harus berusaha melupakan demi anak-anak ya bun.

    BalasHapus
  2. bunda dina : iya nih bund... terkadang sempat juga menyalahkan Tuhan dan berfikir kenapa Allah tidak sayang dan adil padaku.. kenapa begitu berat cobaan yang aku terima ... tapi mudah-mudahan berkat teman-teman dan keluarga ku yang selalu mendukung aku bisa mengambil hikmahnya dan tidak selalu menyalahkan Tuhan.. malah aku berfikir dan berterima kasih karena dengan diberikan cobaan, aku bisa kuat dan tegar dalam menghadapi hidup ini

    BalasHapus
  3. cerita ini membuat saya ikut merasakan bagaimana sulitnya bila dipisahkan dgn orang tercinta. Smg Allah memberi kekuatan pada mbak Ani dalam menjalani ujian yg Allah berikan.
    ngomong2 mbak Ani di Balikpapan tinggal dimana..? kalo saya tinggal di start I sebelum SMP 6

    BalasHapus
  4. Yang sabar ya mbak, semoga semuanya akan segera bisa bersatu lagi.
    Sungguh perjalanan hidup yang berat. Soal berpisah dg buah hati, blogger Jogya (Mbak Ami) juga mengalaminya. Sampai sekarang dia tak bisa ketemu dg Safira dan Safitri-nya yang 'ditahan' oleh keluarga suaminya.

    BalasHapus
  5. Ya Allah.... ngeri banget bacanya mbak. Kebtulan kmrn TV nya juga film tentang ilmu kekebalan tapi gagal dan juga meninggal. Tapi ini hanya film, yg mempunyai pesan moral "sepandai-pandainya tupai melompat akhirnya jatuh juga"

    Semoga si sulung bisa bersatu lagi dengan keluarga mbak :)

    BalasHapus
  6. mbak, aku tertegun membacanya. semoga tabah menjalaninya ya mbak.
    terimakasih ya mbak sudah ikutan story pudding. salam kenal kembali

    BalasHapus
  7. terima kasih untuk semuanya dan dukungannya, semoga diberikan jalan yang lebih baik lagi dengan ending yang bahagia, amin..
    bunda hariyanti : kl aku dl di Balikpapan tinggal di Gunung Dubbs simpang lima (Komp. Pertamina)

    BalasHapus
  8. untuk semuanya salam kenal dan terima kasih sudah berkunjung di blog ku..
    catatan kecilku : iya insyaallah saya berkunjung ke blognya Mbak Ami.
    Tarry : Iya mbak, intinya kita semua jangan takabur, itu hal yang dibenci oleh Allah.. tidak ada kekuatan selain diriNya.

    BalasHapus
  9. hiks, yang sabar ya mbak.. semoga segera ada jalan keluar dari Allah. Amienn

    makasih udah berpartisipasi ya

    BalasHapus
  10. Aaaa aku terharu~
    Semoga bisa ketemu lagi sama anaknya ya mbak.
    Anaknya tinggal di Jogja di mananya mbak?

    BalasHapus
  11. salam kenal juga ya mbak, maaf agak lama kunjungan baliknya karena inetnya bermasalah

    BalasHapus
  12. untuk all.. amin semoga didengar oleh Allah..
    bunda sitti :kl dijogja tinggalnya di minomartani
    sekarang sudah kuliah di Amikom semester 1
    bunda lidya : gak papa kok yang penting sudah saling bersilaturahmmi

    BalasHapus
  13. Horeeeeeeeeeee jadi ikutan yo yuk ;)

    Na kan jadi banyak kawannyo...sip2 semoga selalu bisa menikmati hari2 bahagia dan lebih baik dari saat ini ;)

    Sucsess ....

    BalasHapus
  14. trim's dukungannya ke' hehehhe... alhamdulillah, ada jg yang mau berteman dan bersilahturahmi ketpt ayuk

    BalasHapus
  15. Ya ampuun ceritanya sedih sekali yach mbak....untung mbak kuat menghadapi cobaan ini...smoga si sulung bisa berkumpul kembali dgn keluarga....aamiin

    BalasHapus
  16. iya... sekarang mbak hanya bisa ambil hikmahnya aja...
    salam kenal yah nia

    BalasHapus
  17. Ya Allah..semoga suami mbak diampuni dosa2nya yaa mbak..banyak2 berdoa :)

    btw, si sulung cakep euyy...hehehe
    masih tetap berkomunikasi sm sulung,mbak?
    -__- namanya siapa sihh -__-

    BalasHapus
  18. amin..
    makasih yah,iya melalui hp atau fb
    namanya alif rizki andriawan panggilannya kiki

    BalasHapus